
Menularkan Iman
Iman itu sangat pribadi, tidak bisa diturunkan, tapi bisa ditularkan. Sudah menularkan iman seperti apa ke anak-anak?
Rasul Paulus menulis surat kepada Timotius seperti ini,
Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.
2 Timotius 1:5
Parents pasti bisa melihat maksud Paulus. Iman harus dengan ketulusan dan kebenaran. Iman tidak bisa bertumbuh dalam kemunafikan. Lois dan Eunike sudah menunjukkan iman yang tulus ikhlas. Iman yang benar tetap mereka pegang teguh dan tularkan, meski menurut sejarah dan para penafsir Alkitab, Timotius memiliki ayah seorang Yunani.
Karena tidak bisa diturunkan atau diwariskan, maka orang tua Kristen perlu waspada. Meski parents seorang Pendeta, Penatua, Diaken, Aktivis, Pengurus atau pemegang jabatan dan peran gerejawi lainnya, bukan berarti anak pasti akan mengikuti jejak kita. Iman bukan sesuatu yang bisa diturunkan atau diwariskan.
Iman itu ditularkan. Seperti penyakit flu yang menular, bisa saja proses penularannya berhasil, tapi juga bisa gagal. Begitu pula hati anak ada yang mudah tertular iman orang tua, namun ada juga yang punya daya tahan bahkan daya tolak yang cukup kuat. Untuk itu kita sebagai orang tua selalu membutuhkan anugerah Kristus dan kuasa Roh Kudus untuk melembutkan hati anak agar bisa tertular iman kita yang tulus ikhlas.
Mereka bisa saja melihat ketulusan dan kebenaran iman parents, tapi tanpa kuasa Roh Kudus menjamah hati, maka teladan belum tentu diikuti. Bagian kita sebagai orang tua bukan hanya menunjukkan iman, tapi meminta hikmat-Nya agar iman itu menular dengan cara-Nya dan berserah pada-Nya untuk mengerjakan penularan itu agar meresap ke dalam hati. Hanya Dia yang punya akses ke hati, bukan?
Kita juga perlu mengingat bahwa anak setiap saat bisa dipanggil pulang oleh Tuhan. Kalo dia dipanggil pulang, dia ke mana? Atau kalau dia terasa begitu cepat dewasa dan segera saja harus keluar rumah untuk kuliah atau bekerja di kota lain, kita seakan kehilangan momen. Ini yang harus kita persiapkan: iman yang tulus untuk ditularkan.
Anak milik Tuhan, maka serahkan mereka ke dalam tangan-Nya, sambil berusaha sebaik mungkin dengan hikmat-Nya untuk menularkan iman. Sambil menjaga agar jangan membuat pasangan atau anak menjadi berhalamu.