Erin James, Orang Tua Yang Terlalu Protektif, Belajar Memercayai Tuhan

Erin James, Orang Tua Yang Terlalu Protektif, Belajar Memercayai Tuhan

Berapa kali parents merasa takut membiarkan anak bermain? Sesering apa berita tentang kejahatan terhadap anak menyeramkan bagi parents?

 

Sepertinya menjadi orang tua identik dengan selalu merasa cemas dan tidak pernah berhenti kuatir. Beban gusar orang tua seakan tak terbatas dan bisa datang kapan saja. Tampak lebih raksasa daripada galau remaja.

 

Bukankah ini terasa melelahkan? Sampai kapan harus gentar akan jutaan bahaya yang menghadang anak? Begitu sulitkah bersandar pada Tuhan dan memercayai-Nya?

 

Erin James, ibu dari tiga anak, penulis lepas dan kontributor blog Mommy and Joyful Three dari CBN, dulunya juga seorang overprotective parent, menuturkan kisahnya belajar memercayai Tuhan.

 

Orang-orang sering bilang kalau saya ini ibu yang terlalu protektif bagi anak-anak. Saya akui, saya sering merasa ada perang batin antara memercayai Tuhan dengan menjaga anak secara berlebihan. Ketakutan akan banyak hal menyebabkan kebergantungan pada Tuhan menjadi hal yang tak masuk akal. Padahal saya tahu saya perlu bersandar pada-Nya untuk urusan kesehatan dan keamanan anak saya, termasuk segala ketakutan pribadi.

 

Kekuatiran Tidak Berasal dari Tuhan

 

Hal ini memang benar, namun tetap sulit bagi saya untuk melepaskan ketakutan tentang apa yang mungkin bisa terjadi. Kegelisahan ini begitu dalam sehingga membuat saya tidak bisa berbuat apa-apa karena terus merasa gusar. Di mana iman saya?

 

Saya selalu merasa bahwa Tuhan menganugerahkan anak-anak yang cantik kepada kami. Setelah itu untuk urusan menjaga mereka itu bagian saya.

 

Suatu pemikiran keliru yang baru saja saya sadari beberapa waktu lalu. Natur saya yang cenderung cemas bukan jenis perlindungan yang Tuhan mau untuk Papa dan Mama lakukan bagi anak-anak.

 

Ketika Tuhan memberitahu untuk percaya pada-Nya, ini tentu saja berarti kepercayaan internal. Saya sering takut akan apa yang tidak bisa saya lihat atau bahkan belum tentu akan terjadi pada kami. Si jahat menggunakan ketakutan ini untuk membingungkan kita.

 

Tentu saja sebaiknya parents tidak mengizinkan anak bermain di jalanan dengan sembarangan atau ke luar rumah tanpa menggunakan tabir surya. Tuhan memberi hikmat untuk mengetahui bagaimana merawat anak. Namun kita tidak perlu melindungi mereka sampai sepertinya mereka berada dalam kotak yang lebih aman dari safety deposit box.

 

Saya sadar ketika naluriah terlalu protektif muncul, saya malah menyebabkan anak tidak bisa menjalani hidup dengan penuh. Yang saya lakukan juga mencegah mereka untuk bertumbuh dengan cara yang Tuhan inginkan.

 

Seakan terkurung dalam perangkap naluri overprotective. Saya tidak senang jika anak pergi tanpa saya. Mereka justru kehilangan hal-hal yang baik bagi pertumbuhan mereka dan kesenangan bermain yang seru karena saya terlalu menjaga mereka.

 

Lucunya, ketika semua tiba di rumah dengan selamat, saya malah merasa lebih baik jika seandainya tadi saya sedikit memberi kebebasan bagi anak untuk bermain. Tarik tambang antara memercayai Tuhan dan merasa sangat ketakutan akan dunia ini mencegah saya mengizinkan anak untuk melihat dan mencoba berbagai kesempatan yang ada di hadapan mereka.

 

Kecemasan Menunjukkan Siapa Saya

 

Kecemasan dalam pikiran saya menciptakan berbagai mimpi buruk saya sendiri. Tidak terhitung lagi berapa kali saya berpikir tentang penyakit-penyakit atau hal-hal buruk yang bisa saja terjadi pada anak. Bahkan sampai pada titik di mana saya percaya bahwa hal itu sedang terjadi, padahal tidak demikian kenyataannya.

 

Saya sering mendengar tentang pikiran adalah alat yang sangat kuat. Ini benar. Saya mengalami sendiri bagaimana Tuhan menenangkan pikiran saya dan membawa damai yang melampaui akal.

 

Betapa menyedihkan saat menyadari bahwa kekuatiran tanpa henti yang saya tunjukkan itu mempengaruhi bagaimana anak-anak merespon pada kehidupan. Mereka dengan jelas melihat bahwa saya tidak meletakkan kepercayaan kepada Tuhan.

 

Menjaga Tanpa Terlalu Protektif

 

Pada suatu titik dalam kehidupan, saya menemukan cara bagaimana menjaga anak tanpa terlalu protektif.

 

Jika kita mendengar, Tuhan senantiasa memberi hikmat dan jawaban. Bukan petunjuk arah yang jelas atau langkah demi langkah yang sangat detil. Namun sukar mendengar hikmat-Nya jika parents diliputi ketakutan. Jadi saya berdoa pada Tuhan untuk membebaskan saya dari belenggu ketakutan.

 

  • Sebelum menyalakan TV untuk menonton berita pagi, saya menghadap Tuhan dalam doa.
  • Berbicara pada-Nya tentang anak dan segala yang saya cemaskan.
  • Mengambil waktu teduh. Memilih untuk tenang.
  • Lalu membaca Firman Tuhan.
  • Mencatat jurnal tentang apa yang saya pikirkan.

 

Jurnal doa ternyata menjadi sarana tepat untuk menyalurkan kekuatiran. Meletakkan kecemasan di kertas, lalu mendoakannya dapat benar-benar mengangkat beban dari bahu saya.

 

Saya juga berdoa bersama suami dan anak-anak secara teratur. Gunakan kemampuan dari Tuhan untuk menimbang dengan tepat bagian apa dan kapan saya mengizinkan anak untuk bermain di luar rumah.

 

Begitu saya meletakkan segala ketidakpastian dan hal yang tidak sanggup saya kendalikan pada Tuhan, jaring-jaring ketakutan yang mengungkung pikiran saya menjadi terurai.

 

Tuhan tidak menginginkan saya menjadi orang tua yang terlalu melindungi anak. Dia menginginkan saya membesarkan anak dalam kesalehan dan terang Firman-Nya supaya anak bisa menjalani hidup sambil mereka bertumbuh dewasa.

 

Sebaiknya saya tidak membentengi mereka. Saya telah melihat bagaimana anak-anak tidak dapat bertumbuh maksimal sesuai potensi penuh dari Tuhan atas hidup mereka jika saya melakukan pembentengan.

 

Sangat banyak contoh di Alkitab, di mana Tuhan memerintahkan kita agar tidak dikuasai dan diperintah oleh ketakutan. Saya belajar mengarahkan fokus pikiran pada Tuhan dan iman. Mencoba mengalihkan pandangan dari kuatir dan takut. Hanya Tuhan yang mengetahui masa depan. Terobsesi untuk mencoba menebak bagaimana masa yang akan datang bisa menjadi lebih buruk sama sekali tidak akan mengubahnya.

 

Takut kepada orang mendatangkan jerat,

tetapi siapa percaya kepada TUHAN, dilindungi.

Amsal 29:25

 

Jangan menjadi orang tua yang melindungi anak terlalu berlebihan seperti saya, parents. Letakkan kepercayaan parents kepada Tuhan. Itu satu-satunya cara untuk mencegah ketakutan.

 

Selamat menjadi parents yang tidak overprotective!

 

Serahkan percayakan

Pada Dia saja Tuhan

Seluruh alam Ia ciptakan

Pemeliharaan terus berjalan

 

Selalu menyertai petualangan

Tak sekalipun Dia tinggalkan

Senantiasa menjaga kehidupan

Teman setia Dia Tuhan

 

Tuhan yang memberi anak kepada parents.

Maka tentu Dia juga yang akan menjaga dan memampukan parents untuk memelihara mereka hingga menjadi anak-anak yang memuliakan nama-Nya.



Takut anak kecanduan pornografi? Baca surat seorang Ibu kepada anaknya tentang pornografi.

 

Belajar dari siswi SMP ini yang mengatasi rasa takut dengan melakukan sesuatu.

 

Kisah ini juga membuktikan bahwa ada orang tua yang merasa sendiri tetapi tidak sendirian.






Disadur dari The Overprotective Parent and Trusting God - CBN