Tidak ada parents yang berani sombong mengatakan jadi orang tua itu mudah. Ini salah satu pekerjaan paling sulit, penuh tantangan, membutuhkan kesabaran, ketelitian dan ketekunan yang sering menemui kegagalan yang memancing keputusasaan di tengah jalan.
Bagaimana jika parents dan pasangan bersama-sama bekerja penuh waktu sekaligus menjadi orang tua?
Lemah. Jauh di luar kemampuan. Tidak sanggup. Rasanya ingin menjerit minta Tuhan melepaskan dari masalah menyeimbangkan dua tanggung jawab besar ini.
Namun masih ingat apa kata Tuhan ketika Rasul Paulus meminta pada-Nya untuk menyingkirkan duri dalam daging?
Tetapi jawab Tuhan kepadaku:
"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu,
sebab justru dalam kelemahanlah
kuasa-Ku menjadi sempurna."
Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku,
supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
2 Korintus 12:9
Ketika lemah, saatnya bergantung pada kekuatan Tuhan. Menyadari ketidakmampuan menjadi titik tolak untuk bersandar pada kuasa-Nya yang akan memampukan.
Keluarga Anton Hendrik sudah membagikan kisah mereka mengalami semua indah pada waktu-Nya.
Sekarang keluarga biasa ini mengajak parents melihat sekejap saja bagaimana bekerja sama melakukan tugas rumah tangga sambil tetap menuntaskan pekerjaan dengan mengandalkan kekuatan Tuhan.
Sejak sebelum menikah kami sudah banyak berbincang tentang bagaimana kami menjalani rumah tangga kami.
Salah satunya tentang pembagian tugas ketika kami sudah memiliki anak. Kami sepakat akan melakukannya bersama. Mendidik anak bersama, mengasuh anak bersama.
Saat anak kami lahir, kami semakin yakin, semuanya harus dilakukan bersama-sama. Sama-sama bekerja di kantor dan sama-sama bekerja di rumah. Harus bekerja sama.
Karena sejujurnya, mengasuh anak itu sangatlah melelahkan. Kalau di kantor masih ada hak cuti. Tapi mendidik anak dan urusan rumah tangga itu tanpa henti. Kita semua tidak akan bisa cuti dari peran dalam rumah tangga. 24 jam dalam 7 hari.
Saya sangat bersyukur, suami saya bukan pria yang anti melakukan pekerjaan rumah tangga.
Dia mau mencuci piring, mencuci pakaian, menyapu, memandikan anak, mengganti diapers. Hanya satu hal yang suami saya tidak bisa. Memasak.
Karena pembagian yang seimbang ini, meski melelahkan secara fisik, batin kami bisa dibilang cukup stabil. Karena kami tahu we have each other’s back.
Menjadi full time parents dan full time workers memang bukan hal yang mudah. Tapi untuk membuat diri kami tetap “waras”, kami selalu mengusahakan ada waktu-waktu refreshing untuk me-recharge mental.
Berdoa bersama. Menikmati waktu berdua. Membenahi fokus pada Tuhan lewat diskusi.
Misalnya, ada minggu-minggu ketika kami harus lembur. Maka kami pasti merencanakan short escape (liburan) sesudahnya. Tidak harus ke luar kota atau liburan yang mahal.
Kami bukan keluarga sempurna yang selalu bekerja sama dengan luar biasa. Penuh kelemahan dan kekurangan juga. Namun kami berusaha selalu mengarahkan padangan pada Tuhan. Saling mengingatkan bahwa Tuhan memampukan kami melewati semua dengan saling membantu.