Bagaimana Mengajar Anak Tentang Penebusan - Kerangka Pikir Kristiani (Christian Worldview) - Seri 3: Penebusan

Bagaimana Mengajar Anak Tentang Penebusan - Kerangka Pikir Kristiani (Christian Worldview) - Seri 3: Penebusan
  • Masih dengan pertanyaan seputar wawasan dunia Kristen.

    Setelah penciptaan, lalu kejatuhan, sekarang penebusan ya?

    Bagaimana menjelaskan tentang penebusan pada anak?

    Apa itu penebusan? Apa hubungannya dengan keselamatan? Apa manfaatnya?

    Kepada siapa tebusan dibayarkan? Apa konsekuensinya bagi kita yang telah ditebus?

  • Anak-anak mungkin sudah cukup akrab dengan konsep keselamatan. Manusia berdosa seharusnya dihukum kekal di neraka, tetapi oleh anugerah Allah di dalam Kristus mereka diberi hidup yang kekal.

    Pindah dari kematian menuju kehidupan.

  • Iya.

  • Walaupun demikian, yang saya, Pdt Yakub Tri Handoko, dapati ternyata banyak anak tidak memahami detil cara bagaimana keselamatan diberikan.

    Salah satunya adalah konsep penebusan.

    Anak-anak pasti sudah sering mendengar istilah “penebusan” atau “ditebus”, tetapi seberapa banyak di antara mereka yang memahami konsep ini dengan baik?

  • Nah itu dia, Pak.

    Kami sendiri perlu terus diingatkan tentang hal ini.

  • Ketidaktahuan anak-anak ini dalam banyak hal dapat dimaklumi.

    Parents sendiri kadangkala masih kurang memahami konsep ini, bukan? 

    Apakah yang dimaksud dengan penebusan? Apakah manfaat penebusan bagi kita? Kepada siapa tebusan dibayarkan? Apa konsekuensinya bagi kita yang ditebus?

    Jika menjawab deretan pertanyaan ini saja parents tidak bisa, maka pasti akan mengalami kesulitan untuk menerangkannya kepada anak-anak.
     

  • Mohon bantuan penjelasan yang komprehensif tapi mudah dipahami, Pak.

  • Kita mulai dengan ini ya:

    Apakah yang dimaksud dengan penebusan?

    Penebusan berarti pembayaran untuk mendapatkan sesuatu.

    Secara historis istilah ini berkaitan dengan pembayaran dalam pembelian budak. Pembayar akan menjadi tuan yang baru atas budak tersebut.

    Dalam Perjanjian Lama ide ini diterapkan pada pembebasan bangsa Israel dari Mesir (Kel. 6:6 “Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat”).

    Dalam Perjanjian Baru penebusan dikaitkan dengan posisi manusia yang dibelenggu oleh dosa dan kematian (Ibr. 9:15 “Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama).

  • Wah ini penjelasan yang kami sukai!

    Lengkap, jelas, mudah dipahami, tapi cukup dalam.

    Lalu apa manfaat penebusan, Pak?

  • Ada banyak manfaat penebusan yang diajarkan oleh Alkitab.

    Paling tidak ada tujuh manfaat yang saling berkaitan:

    Jika parents mengamati semua kebaikan yang muncul dari penebusan Kristus, parents semakin memahami betapa buruknya keadaan parents dahulu tatkala dibelenggu oleh dosa.

    Parents adalah orang-orang berdosa yang selalu memusuhi Allah dan pasti akan dihukum oleh Allah. Berdasarkan penebusan Kristus, para musuh ini justru dijadikan anak-anak Allah.

    Relasi dengan Allah dipulihkan: tidak lagi diwarnai dengan katkutan, tetapi keintiman. Parents dijadikan milik-Nya dan anak-anak kesayangan-Nya. What a blessing!

  • Wah banyak sekali manfaat penebusan ya, Pak!

    Syukur pada Allah.

     

    Lanjut ya, Pak.

    Kepada siapa tebusan dibayarkan? Tuhan kan? Ada yang berpendapat kalau tebusan dibayarkan pada Iblis.

  • Pertanyaan ini sejak dahulu sudah diperdebatkan.

    Sebagian orang berpikir bahwa tebusan dibayarkan kepada Iblis. Orang-orang berdosa menjadi miliki Iblis, lalu Kristus membayar mereka sehingga dibebaskan oleh Iblis.

    Walaupun pandangan ini cukup populer pada masa-masa tertentu, kesaksian seluruh Alkitab tampaknya bertentangan dengan pandangan ini. Tidak ada satupun teks Alkitab yang menyatakan bahwa kita berhutang sesuatu kepada Iblis. Konsep tentang tebusan bagi Iblis sama saja dengan memberikan lebih banyak daripada yang pantas Iblis dapatkan.

    Dalam mengaruniakan keselamatan kepada kita, Allah tidak perlu bernegosiasi dengan atau melibatkan Iblis. Lagipula, kematian Yesus jelas-jelas berdampak buruk bagi Iblis. Kematian-Nya berarti penghakiman atas penguasa dunia (Yoh. 12:31) dan penghancuran kuasa Iblis (1Yoh. 3:8).

    Yang paling jelas, Alkitab berkali-kali menyatakan bahwa kurban Kristus di atas kayu salib dipersembahkan kepada Allah (Rm. 3:25-26; Ibr. 10:14). Jadi, tebusan diberikan kepada Allah.

    Kebenaran di atas seringkali dipersoalkan oleh sebagian orang. Mereka menganggap bahwa Allah ditampilkan tidak berbeda dengan dewa-dewa kuno yang meminta tebusan atau persembahan tertentu supaya murka mereka surut. Sanggahan semacam ini tidak dapat dibenarkan.

    Dalam mitologi kuno, manusia yang harus memberi persembahan. Manusia yang berusaha untuk menyurutkan murka para dewa. Alkitab justru mengajarkan sebaliknya.

    Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya sendiri melalui Kristus (2Kor. 5:18-19). Inisiatif berasal dari Allah. Yang membayar ternyata juga Allah sendiri (1Yoh. 4:10). Semua tindakan Allah ini lebih didorong oleh kasih-Nya kepada manusia (1Yoh. 4:11).

  • Nah ini sangat memperjelas kebingungan yang sering dimunculkan pandangan-pandangan lain dari dunia ini yang bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan, Pak.

    Setelah memahami semua itu, apa konsekuensi praktis penebusan bagi kita?

  • Penebusan sebenarnya tidak berarti kebebasan mutlak. Penebusan lebih ke arah pergeseran tuan. Sebelumnya parents dibelenggu oleh dosa yang membawa pada kematian dan hukuman. Tuan parents sekarang adalah Bapa yang mengasihi parents. Paulus mengingatkan, “kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Rm. 6:11b).

    Pergeseran tuan sekaligus menandai pergeseran status. Bangsa Israel dahulu adalah budak Firaun. Setelah dibebaskan oleh Allah, mereka menjadi umat Allah. Hal yang sama berlaku atas kita. Dahulu kita adalah budak dosa. Setelah ditebus oleh Kristus, kita menjadi umat Allah. Pergeseran kepemilikan membawa perubahan status pada yang dimiliki.

    Identitas selanjutnya akan memengaruhi aktivitas. Orang yang bebas dari dosa akan menjalani kehidupan yang berbeda. Kehidupan yang sudah dibeli dan diberikan kepada Allah pasti akan menunjukkan ciri khas yang berbeda.

    “Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran” (Rm. 6:12-13)”.

  • Pergeseran tuan menyebabkan pergantian status yang mendorong perubahan cara hidup.

    Luar biasa Tuhan kita!

    Bagaimana mengajarkan konsep penebusan yang indah dan mulia ini kepada anak-anak, Pak?

  • Konsep yang indah ini dapat dijelaskan melalui beragam cara.

    Menariknya, pengalaman sehari-hari juga dapat dimanfaatkan sebagai ilustrasi yang baik.

    Sebagai contoh, jika anak-anak melanggar peraturan di rumah dan mengakibatkan kerugian material (misalnya berlari-lari di lokasi tertentu sehingga menjatuhkan barang-barang yang ada di sana), orang tua yang baik tetap harus mendisiplin anak-anak tersebut.

    Banyak cara untuk mendisiplin. Salah satunya ya meminta mereka untuk mengganti uang sesuai dengan harga barang-barang itu. Mereka diajar untuk mengerti betapa berharganya barang-barang itu.

    Nah, anak-anak akan membayar dari uang saku yang juga diberikan oleh parents. Supaya tidak terlalu memberatkan anak-anak, parents mungkin bisa memberi tambahan uang saku selama proses hukuman diberlakukan.

    Entah uang saku ditambah ekstra atau tidak, poinnya tetap sama: kesalahan anak-anak ditanggung oleh orang tua juga.

  • Orang tua bertindak sebagai penebus kesalahan anak ya, Pak?

    Konsep yang sama dengan Allah mengurus penebusan dosa melalui Kristus.

    Kami akan coba cara yang keren dan simpel ini.

    Ada cara lain lagi, Pak?

  • Contoh lain pernah saya alami sendiri.

    Beberapa kali mobil saya ditabrak oleh orang lain. Kesalahan terletak pada orang itu. Sayangnya, mereka bukan orang yang mampu secara finansial. Dalam banyak kasus saya akhirnya membebaskan mereka dari tanggung jawab mengganti kerusakan mobil saya.

    Apakah ini berarti bahwa kesalahan itu tidak ada yang menanggung? Tidak juga!

    Sayalah yang menjadi penanggungnya. Saya yang membayar biaya reparasi di bengkel.

  • Dalam keadaan yang tidak menyenangkan seperti ketika mengalami kerugian, malah bisa menjadi kesempatan yang baik untuk mengajar tentang penebusan ya, Pak...

  • Cara terbaik tentu saja dengan mengajak anak ke tempat penggadaian dan menerangkan transaksi apa yang dilakukan di sana.

    Ceritakan pada anak bahwa mungkin ada seorang yang kecanduan narkoba, lalu menggadaikan barang-barang milik orang tuanya. Dengan uang hasil gadai tersebut, dia membeli narkoba lagi.

    Tindakan ini akhirnya diketahui oleh orang tuanya. Anak itu tidak tahu kalau pemilik rumah gadai itu sebenarnya adalah orang tuanya sendiri. Lalu orang tuanya mengeluarkan uang pribadi untuk mendapatkan kembali barang-barang itu. Jumlah uang yang dibayarkan oleh orang tua itu ke penggadaian selalu lebih besar daripada jumlah uang yang digunakan oleh anaknya.

    Kesalahan dibuat oleh anak, tetapi tebusan dibayar oleh orang tua. Dibayar oleh orang tua dan untuk orang tua.

  • Cara yang unik dalam menjelaskan penebusan.

    Terima kasih, Pak!