Sampai Sejauh Mana Boleh Menikmati Hobi?

Sampai Sejauh Mana Boleh Menikmati Hobi?
  • Istri doyan nonton drama Korea sambil merajut. Anak gemar bermain gameonline. Mereka tampak senang sekali dengan hobi seru itu. Tapi hebatnya lagi, tidak ada tugas terbengkalai.

    Ini yang membuat saya salut. Jadi selama ini saya mendukung dan hanya mengingatkan mereka untuk tidak lupa minum dan istirahat.

    Sampai sejauh mana boleh menikmati hobi?

  • Membaca penuturan parents ini, saya, Hanna Yulianik, spontan bergumam “Waow...hebat banget!”

    Sungguh bukan hal yang biasa jika seseorang dapat menikmati hobinya tanpa mengorbankan tugas dan tanggung jawabnya. Karena dalam aplikasi sehari-hari, seringkali hobi menjadi sesuatu yg selalu ingin dilakukan. Bukan hanya di saat senggang saja, melainkan di tengah-tengah kesibukan juga.

    Bahkan karena hobi seseorang rela membuang waktu, tenaga, serta uang dalam jumlah besar. Bersyukur parents memiliki pasangan dan anak seperti itu.

  • Iya, saya sangat bersyukur, Bu.

  • Kalau kemudian parents menanyakan sejauh mana boleh menikmati hobi, saya salut karena itu berarti parents sedang mencoba melakukan evaluasi.

    Penilaian ini hebat, sekalipun pelaksanaan hobi dalam keluarga parents sebenarnya tidak bermasalah.

  • Iya.

    Lalu bagaimana ya, Bu?

  • Sebelum saya menjawab pertanyaan parents, mari lihat dahulu definisi tentang hobi itu.

    Definisi tentang “Hobi” menurut KBBI adalah: kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama.

    Kalau saya menilik apa yang dilakukan oleh istri dan anak parents, sepertinya mereka cukup bisa memahami makna hobi ini. Jadi sekalipun mereka gemar menonton drakor dan bermain online game tetapi itu dilakukan setelah tugas-tugas utama beres.

  • Iya, sepertinya mereka sudah memahami hal ini.

    Jadi sampai sejauh mana bisa menikmati hobi, Bu?

  • Ayo melihat Faktor-faktor apa saja yang harus menjadi pertimbangan saat melakukan dan menikmati hobi!

    Tentu saja berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Firman Tuhan.

    Prinsipnya H-O-B-I.

  • Prinsip Firman Tuhan tentang hobi juga dengan akronim H-O-B-I?

    Wah apa saja itu, Bu?

  • Prinsip “H”: HUBUNGAN

    Bagaimanapun juga, manusia itu membutuhkan hobi sebagai salah satu sarana menyegarkan diri (relaksasi) dari berbagai kepenatan.

    Sejak mula-pun Allah sendiri yang memprakarsai agar ada waktu istirahat. Ini bukti bahwa Dia mengizinkan manusia untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan relaksasi itu. Namun sebuah hobi atau relaksasi tidak boleh membuat seseorang menjadi lupa diri dan tidak peduli pada hubungan yang harus dibangun dengan orang-orang sekitarnya.

    Mungkin ketika melakukan hobi, orang lain tidak merasa terganggu secara langsung. Apalagi kalau sudah
    menyelesaikan tugas-tugas utama. Namun, bukan berarti ketika tidak mengganggu orang lain maka kita berhak dengan leluasa menikmati hobi-hobi kita.

  • Oh berarti tidak cukup hanya menyelesaikan tugas utama saja, lalu melakukan hobi ya, Bu?

    Apa lagi yang perlu kami perhatikan?

  • Perhatikan beberapa ayat ini:

    Filipi 2:4 “dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”

    1 Korintus 10:33 “Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat.”

    Galatia 5:13 “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka (bebas, termasuk bebas melakukan hobi kita). Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”

    Ayat-ayat ini mengingatkan bahwa kita dipanggil untuk menjadi orang-orang yang tetap memperhatikan bangunan relasi dengan orang-orang di sekitar parents. Khususnya untuk membangun hubungan dengan anggota keluarga kita.

    Jangan sampai pelaksanaan hobi menjadi penghalang untuk membangun hubungan-hubungan yang makin akrab, hangat, dan harmonis dengan keluarga.

    Jadi, misalkan ada anggota keluarga yang hobinya nonton YouTube/ main game online, jangan sampai hobi itu terus dilakukan saat sedang duduk untuk makan bersama, meskipun punya alasan bahwa tugas utamanya sudah diselesaikan.

  • Oh begitu ya, Bu...

    Hubungan memang penting ya?

    Tuhan Yesus datang ke dunia juga untuk memulihkan relasi kita dengan Bapa.

    Lalu Prinsip O dari H-O-B-I ini apa ya, Bu?

  • Prinsip “O”: ORIENTASI.

    Roma 11:36 mengatakan, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”

    Ayat ini secara singkat tetapi jelas dan tegas mengingatkan kepada seluruh orang percaya bahwa muara setiap gerak dan aktivitas parents dalam segala aspek haruslah berorientasi pada kemuliaan Allah Bapa di Sorga.

    Tentu saja hal ini juga berlaku bagi pengaplikasian setiap hobi. Parents tidak bisa hanya berpatokan pada prinsip asalkan hobi itu membuat saya refresh. Selama tugas utama tidak terbengkalai. Selagi ada waktu kosong. Ini tidak menganggu orang lain. Melakukan ini membuat saya menolong saya mengatasi stres. Dan banyak lagi alasan lain.

    Parents perlu meneliti apakah bentuk atau cara menyalurkan hobi itu benar atau tidak bertentangan dengan kehendak-Nya?

    Misalnya, ada orang yang hobinya minum minuman keras atau hobi berjudi.  Meskipun orang dengan hobi tersebut merasa refresh setelah melakukannya, tetapi perasaan refresh itu tidak bisa dijadikan tolok ukur bagi pembenaran pelaksanaan hobinya. Sebab tolok ukur yang sebenarnya adalah apakah hobi itu berkenan di hadapan Tuhan?

  • Benar juga. Orientasi harus selalu pada Tuhan semata.

    Kalau prinsip B apa ya, Bu?

  • Prinsip “B” BIJAK, BERGUNA, dan jangan jadi BATU SANDUNGAN.

    Ada seorang Bapak yang mengaku hobi memelihara burung-burung dengan suara yang indah. Saya tidak terlalu paham dengan jenis-jenis burung bersuara indah yang ia maksud. Tetapi saya terkejut ketika dia menyebutkan harga burung yang dia pelihara itu sangat fantastis. Belum lagi biaya pemeliharaannya karena membutuhkan makanan dan perawatan ekstra.

    Menurut penuturan si istri, penghasilan dan pekerjaan suaminya itu sebenarnya tidak menentu sehingga untuk kebutuhan sehari-haripun mereka
    sangat minim. Celakanya, si suami tidak peduli dan tetap mengutamakan hobinya dengan dalih bahwa hobi itu membuatnya senang dan semangat.

    Sungguh sebuah hobi yang tidak berguna, menjadi batu sandungan dan sangat tidak bijaksana.

    Parents perlu mengingat faktor “B” ini dengan baik karena ini senada dengan nasihat Paulus kepada jemaat di Korintus: "Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun" (1 Korintus 10:23).

    Tuhan mengizinkan parents memiliki hobi untuk relaksasi, tapi tanggung jawab parents adalah melakukan hobi dengan bijaksana, untuk hal-hal berguna dan tidak jadi batu sandungan bagi orang lain.

  • Bijak, berguna, tidak jadi batu sandungan.

    Wow! Mantap bentul prinsip-prinsip kebenaran Firman Tuhan ya, Bu?

    Bagaimana dengan prinsip I?

  • Prinsip “I” IDE atau INSPIRASI.

    Karena hobi pun dalam kacamata Firman Tuhan merupakan pertanggungjawaban iman, maka sudah sewajarnya bila parents membiasakan diri untuk memikirkan dan mengarahkan setiap hobi agar menjadi ide atau inspirasi yang memberkati banyak orang.

    Mazmur 106:5 menyampaikan, “Supaya aku melihat kebaikan pada orang-orang pilihan-Mu, supaya aku bersukacita dalam sukacita umat-Mu, dan supaya aku bermegah bersama-sama milik-Mu sendiri."

    Meskipun konteks ayat ini berbicara tentang kasih setia Tuhan di tengah pemberontakan umat, tetapi secara tersirat kalimat ini juga mengingatkan bahwa di dalam kehidupan anak-anak-Nya yang menampilkan kebaikan dan sukacita (termasuk kegembiraan atas hobi-hobi tertentu) seharusnya sukacita dan kebaikan itu dapat menular kepada orang lain juga.

    Mari bersama-sama mulai memikirkan dan mengarahkan setiap hobi untuk memberi ide atau menginspirasi, memotivasi dan memberkati orang lain, khususnya di masa pandemi Covid-19 ini.

  • Lengkap sudah!

    Terima kasih sudah berbagi prinsip H-O-B-I dari Firman Tuhan untuk menikmati hobi, Bu.

  • Sebagai penutup, saya ingin membagikan satu bagian Firman Tuhan sebagai pengingat agar tidak mengutamakan berbagai hobi kita, apalagi kalau hobi itu bukan untuk memuliakan Bapa di Sorga.

    Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.” (1 Korintus 6:12)